Laporan United States Geological Survey (USGS) menunjukkan, Indonesia masuk jajaran penghasil timah terbesar global pada 2023.
Indonesia menempati urutan ketiga dengan estimasi volume produksi sebesar 52 ribu metrik ton. Angka ini merosot dari estimasi 2022 yang sebesar 70 ribu metrik ton.
International Tin Assotiation (ITA) bahkan menyebut Indonesia merupakan produsen timah yang signfikan melalui PT Timah Tbk. Perusahaan BUMN ini menjadi salah satu yang terbesar di dunia dan termasuk bagian dari anggota ITA.
Kendati begitu, ITA mengakui bahwa praktik produksi timah di Indonesia kerap memberi dampak buruk pada lingkungan selama beberapa tahun terakhir.
"Pertama kali disorot dalam rantai pasokan melalui kampanye Friends of the Earth pada 2012," tulis ITA melalui situsnya yang dikutip Kamis (4/4/2024).
ITA menyebut, Bangka Belitung menjadi provinsi dengan sejarah penambangan timah selama 300 tahun. Seperti daerah tambangan lainnya, kata ITA, situasi di provinsi tersebut kompleks untuk dipahami.
"Namun, bekerja sama dengan badan usaha milik negara PT Timah akan memungkinkan kita untuk bersama-sama mendorong tata kelola yang lebih baik di sektor ini," kata ITA.
Sementara itu, China menempati urutan pertama dengan estimasi volume produksi sebesar 68 ribu metrik ton pada 2023. Angka ini turun dari estimasi 2022 yang sebesar 71 ribu metrik ton.
USGS bahkan menyebut China memiliki cadangan timah hingga 1,1 juta metrik ton.
Urutan kedua adalah Burma dengan estimasi volume produksi mencapai 54 ribu metrik ton pada 2023. Angka estimasi ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 47 ribu metrik ton.
Selanjutnya di bawah Indonesia ada Peru, Kongo, Bolivia, Brasil, Australia, Nigeria, dan Malaysia seperti terlampir pada grafik.
(Baca juga: China Paling Banyak Borong Timah dari Indonesia per November 2023)