Di tengah krisis Covid-19, produksi minyak nabati global diperkirakan berjumlah sekitar 209,14 juta metrik ton pada 2020/2021. Dari jumlah tersebut, penduduk dunia paling banyak mengkonsumsi minyak kelapa sawit.
Minyak nabati adalah minyak atau lemak yang diekstraksi dari tanaman. Tekstur mereka dapat digambarkan sebagai cair, berminyak dan berlemak. Sebagian besar minyak nabati dapat memenuhi dua fungsi, yaitu dapat digunakan sebagai minyak goreng atau untuk bahan bakar dan produksi solar.
Jenis minyak yang paling umum termasuk minyak sawit, minyak kedelai, minyak canola dan minyak biji bunga matahari. Minyak sawit diekstraksi dari daging buah sawit, yang terutama ditemukan di iklim tropis Afrika, Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Diperkirakan sekitar 90 persen minyak sawit digunakan untuk konsumsi pangan, sedangkan konsumsi industri seperti produk kosmetik atau bahan bakar dan solar sisanya 10 persen.
Konsumsi minyak kelapa sawit global dalam 5 tahun terakhir di atas 50 juta metrik ton. Berdasarkan Statista, konsumsi minyak kelapa sawit pada 2021 hingga 2022 kini (ytd) diperkirakan sebanyak 73.87 juta metrik ton, dari periode 2020/2021 yang mencapai 73.22 juta metrik ton. Lonjakan konsumsi minyak kelapa sawit terlihat sebelum pandemi pada 2018/2019 yang mencapai 71.15 juta metrik ton dari periode sebelumnya yang sebesar 65.99 juta metrik ton.
Selain minyak kelapa sawit, penduduk dunia juga banyak mengkonsumsi minyak kedelai. Tercatat, 60.24 juta metrik ton minyak kedelai telah dikonsumsi secara global pada 2021/2022. Sebelumnya pada 2020/2021, konsumsi minyak kedelai mencapai 58.89 juta metrik ton.
Dalam hal konsumsi sebagai produk makanan, minyak nabati dipandang sebagai alternatif yang lebih sehat karena mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh daripada lemak hewani. Salah satu minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak canola, juga dikenal sebagai minyak lobak. Itu diperoleh dengan ekstraksi dari lobak, yang pertama-tama sedikit dipanaskan dan kemudian dihancurkan. Minyak lobak, khususnya, terlihat memiliki keuntungan karena mengandung asam lemak omega-3 (asam linolenat) dan omega-6 (linoleat) yang lebih tinggi dan asam lemak jenuh yang rendah.
(baca: Harga CPO Turun Menuju Level US$ 1.080 per Metrik Ton)