Sejak program konversi BBM minyak tanah ke gas LPG diterapkan pada 2007, produksi minyak tanah terus menurun. Pada 2011, produksinya hanya 15,3 juta barel, turun 15,47% dari tahun sebelumnya 18,1 juta barel.
Ketika program konversi LPG berlaku, produksi minyak tanah masih 51,9 juta barel, tapi setahun berikutnya turun menjadi 48 juta barel. Setelah itu, produksinya kembali menyusut menjadi 29,5 juta barel pada 2009. Artinya dalam 4 tahun (2007-2011), produksi minyak tanah anjlok hingga 75%.
Bandingkan dengan tahun 2004 saat itu produksi minyak tanah sempat mencapai 56,8 juta. Kendati turun pada 2005 dan 2006, tapi produksinya saat itu masih di atas 50 juta barel. Data resmi Pertamina mencatat, program konversi minyak tanah ke elpiji sukses dan mampu menghemat subsidi mencapai Rp196,05 triliun. Tak hanya itu, program konversi tersebut juga mampu mengubah pola konsumsi energi masyarakat secara masif dari minyak tanah ke elpiji 3 kilogram.