Indonesia memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 5,3 miliar ton per 2024. Ini selaras dengan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang dilaporkan oleh Katadata.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Tri Winarno mengatakan cadangan ini terdiri atas jenis bijih nikel kadar rendah atau saprolit dan bijih nikel kadar tinggi atau limonit.
“Saprolit 60%, limonit kira-kira 40%,” kata Tri dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Selasa (13/11/2024).
Berdasarkan paparan Tri, Maluku Utara menjadi provinsi yang memiliki cadangan bijih nikel terbanyak di Indonesia, mencapai 1,86 miliar ton. Diikuti Sulawesi Tenggara dengan 1,66 miliar ton, dan Sulawesi Tengah 805 juta ton.
Berikut angka lengkapnya:
Maluku Utara
- Sumber daya bijih: 5.717.914.534 ton
- Sumber daya logam: 72.037.746 ton
- Cadangan bijih: 1.868.998.369 ton
- Cadangan logam: 19.093.939 ton
Sulawesi Tenggara
- Sumber daya bijih: 6.265.345.140 ton
- Sumber daya logam: 64.700.314 ton
- Cadangan bijih: 1.688.484.362 ton
- Cadangan logam: 18.168.086 ton
Sulawesi Tengah
- Sumber daya bijih: 3.040.545.497 ton
- Sumber daya logam: 32.546.434 ton
- Cadangan bijih: 805.228.792 ton
- Cadangan logam: 9.074.020 ton.
(Baca juga: Harga Acuan Nikel RI Dinaikkan 5,54% pada November 2024)
Indonesia Kantongi Cadangan Nikel Terbesar Dunia
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya menyebut Indonesia memiliki hampir setengah dari cadangan nikel dunia. Ia mengutip data dari laporan survei Badan Geologi Amerika Serikat atau USGS.
“Empat bulan lalu, USGS mengatakan cadangan nikel kita 40%-45% dunia,” kata Bahlil pada 14 Oktober 2024.
USGS mencatat cadangan nikel Indonesia mencapai 55 juta ton atau 42,31% dari total cadangan dunia yang sebesar 130 juta ton pada 2023.
Masih mengutip data yang sama, produksi tambang nikel pada 2023 mencapai 1,8 juta ton atau 50% dari produksi dunia yang mencapai 3,6 juta ton.
Bahlil menyebut, dengan jumlah cadangan yang besar ini, Indonesia mendapatkan banyak tekanan dari negara lain agar mempertimbangkan soal pelarangan izin ekspor bijih nikel.
Namun ia menyayangkan tekanan itu sebab izin ekspor bijih bisa mendatangkan pendapatan negara yang besar.
“Dari hilirisasi nikel ini dapat menciptakan efek berganda untuk ekonomi Indonesia yang membuat kita bisa menciptakan kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi baru,” kata Bahlil.
(Baca Katadata: Jumlah dan Sebaran Nikel di Indonesia, Maluku Utara Miliki Cadangan Terbanyak)