Data yang dihimpun World Nuclear Association (WNA) menunjukkan, volume pasokan listrik dari pembangkit tenaga nuklir cenderung meningkat sejak 1970.
Pada 1970 tercatat hanya sebesar 56,73 ribu terawatt per hour (TWh). Namun angkanya meningkat menjadi 635,34 ribu sedekade kemudian atau pada 1980.
Bobot pasokan listrik setelah 1980 cenderung naik, bahkan hanya turun tipis pada 1997.
Memasuki 2000, volumenya cenderung berfluktuasi. Data terakhir pada 2023, pasokan listrik dari energi ini telah mencapai 2,55 juta TWh.
WNA menjelaskan, pembangkit nuklir memasok 9% listrik dunia pada 2023. Ini menjadi yang terbesar kedua dari sumber energi bersih setelah tenaga air.
Reaktor nuklir juga mampu membendung 2,1 miliar ton emisi karbon dioksida (CO2) dari pembangkit batu bara yang setara dengan itu pada tahun lalu.
"Itu lebih dari emisi tahunan hampir setiap negara yang hanya menghitung China, Amerika Serikat, dan India dengan emisi CO2 nasional yang lebih tinggi [dari negara lain]," tulis WNA dalam laporan yang dikutip pada Kamis (3/10/2024).
Saat ini ada 64 reaktor yang tengah dibangun di 15 negara. Sementara lebih dari 20 negara jadi pendatang baru, seperti Ghana, Polandia, dan Filipina.
Negara-negara tersebut menjajaki berbagai tahap pengembangan kebijakan untuk memungkinkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama mereka, kata WNA.
(Baca juga: 10 Negara dengan Kapasitas Operasi Reaktor Nuklir Terbesar 2024)