Penggunaan energi terbarukan di Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan komitmen pemerintah dalam mengejar target net-zero emission.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2015 porsi energi terbarukan baru 4,9% dari bauran energi nasional. Kemudian angkanya terus naik hingga mencapai 12,16% pada 2021, seperti terlihat pada grafik.
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), porsi energi terbarukan ditargetkan bisa terus naik ke 15,7% pada 2022 dan mencapai 23% pada 2025.
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat melimpah, yaitu sekitar 3.000 gigawatt (GW).
"Potensi EBT akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mempercepat transisi energi. Pada tahun 2060 kapasitas pembangkit EBT ditargetkan sebesar 700 GW yang berasal dari solar, hidro, bayu, bioenergi, laut, panas bumi, termasuk hidrogen dan nuklir," ujar Arifin dalam siaran persnya, Rabu (14/9/2022).
International Renewable Energy Agency (IRENA) bahkan menilai potensi energi terbarukan Indonesia bisa mencapai 3.692 GW. Namun, sampai 2021 kapasitas terpasangnya baru 10,5 GW atau sekitar 0,3% dari total potensi yang ada.
"Hambatan signifikan dalam mendorong transisi energi Indonesia adalah pendanaan dan investasi. Sumber pembiayaan perlu diperluas dan kapasitas pembiayaan lokal perlu ditingkatkan," kata IRENA dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook edisi Oktober 2022.
(Baca: Potensi Energi Terbarukan Indonesia Baru Tergarap 0,3% sampai 2021)