Setelah Amerika Serikat (AS) dilanda inflasi tinggi karena kenaikan harga komoditas energi dan makanan, kini giliran Australia sedang berperang melawan inflasi.
Biro Statistik Australia (ABS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) mengalami kenaikan ke level 123,9 Australia pada triwulan I 2022. Dengan demikian, Negeri Kanguru tersebut mengalami inflasi 5,1% dibanding triwulan I 2021. Laju inflasi tersebut merupakan yang tertinggi selama 2 dekade terakhir.
Sementara, inflasi Australia pada kuartal I pertama tahun ini sebesar 2,1% jika dibandingkan dengan triwulan IV 2021.
Laju inflasi Australia tersebut dipicu oleh tingginya harga konstruksi rumah dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Transportasi mencatat laju inflasi tertinggi, yakni sebesar 13,7% pada kuartal I 2022 dibandingkan dengan kuartal I tahun sebelumnya. Diikuti perumahan sebesar 6,75%, perlengkapan rumah tangga 4,9%, pendidikan 4,7%, serta makanan dan minuman tidak berakohol sebesar 4,3%.
Selain itu, tingginya inflasi itu memunculkan spekulasi bahwa bank sentral Australai (Reserve Bank of Australia/RBA) bakal segera menaikkan suku bunga acuannya.
Hal tersebut sama seperti yang dilakukan bank-bank sentral dunia lainnya seperti bank sentral Amerika Serikat dan bank sentral Selandia Baru yang sudah menaikkan suku bunga acuannya guna meredam laju inflasi.
(Baca: Ngeri! Inflasi Komoditas Energi Amerika Serikat Capai 37,9% (YoY) pada Februari 2022)
Berikut ini inflasi tahunan Australia menurut kelompok (TW I 2022 terhadap TW I 2021).
Inflasi Umum 5,1%:
- Makanan dan minuman tidak berakohol 4,3%
- Alkohol dan tembakau 1,8%
- Pakaian dan alas kaki -1,5%
- Perumahan 6,7%
- Perlengkapan rumah 4,9%
- Kesehatan 3,5%
- Transportasi 13,7%
- Komunikasi -0,8%
- Rekreasi dan budaya 3%
- Pendidikan 4,7%
- Asuransi dan jasa finansial 2,7%