E-commerce merupakan sektor penyumbang ekonomi digital terbesar di Indonesia pada 2023. Hal ini berdasarkan laporan terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2023.
Tercatat, nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) ekonomi digital Indonesia pada sektor e-commerce diperkirakan mencapai US$62 miliar pada 2023. Capaian tersebut berkontribusi sebesar 75,6% terhadap GMV ekonomi digital Indonesia yang sebesar US$82 miliar tahun ini.
Meski begitu, GMV e-commerce di Indonesia tumbuh melambat yaitu hanya 7% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Dibandingkan 2022, pertumbuhan GMV e-commerce Tanah Air mencapai 20% secara tahunan (yoy).
(Baca: Startup Kurangi Promosi, Nilai Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Tumbuh Melambat pada 2023)
Google, Bain and Company, dan Temasek memprediksi nilai GMV ekonomi digital Indonesia bakal terus melonjak pada 2025 dan 2030. “Sebagian besar didorong oleh e-commerce,” kata mereka dalam laporannya.
Selain e-commerce, sektor lainnya yang menyumbang GMV ekonomi digital Indonesia adalah transportasi/ pesan-antar makanan online. Sektor taksi dan ojek online alias ojol diproyeksikan memiliki nilai GMV sebesar US$7 miliar pada 2023, turun 8% secara tahunan (yoy).
Kemudian, ada pula sektor media online yang juga memiliki GMV sebesar US$7 miliar, alias naik 5% dari tahun sebelumnya (yoy).
Sementara, sektor travel atau perjalanan online diprediksi memiliki GMV senilai US$6 miliar pada 2023. Pertumbuhan tahunan GMV sektor ini merupakan yang tertinggi di antara sektor lainnya, yaitu naik 68% (yoy)
Adapun Indonesia masih merajai GMV ekonomi digital di Asia Tenggara pada 2023. Di bawah Indonesia, ada Thailand dan Vietnam dengan GMV ekonomi digital masing-masing sebesar US$36 miliar dan US$30 miliar.
(Baca: Indonesia Masih Rajai Ekonomi Digital di Asia Tenggara pada 2023)