Laporan Kementerian Keuangan menunjukkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia kembali mengalami surplus pada Maret 2022. Pencapaian surplus APBN ini didorong dari pendapatan negara yang nilainya lebih besar dari belanja negara.
Ini artinya, sudah tiga bulan berturut-turut Indonesia mencetak surplus APBN. Surplus APBN RI tercatat mencapai Rp10,3 triliun per Maret 2022. Nilai tersebut setara dengan 0,06% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Capaian surplus APBN ini naik 107,2% dari periode sama tahun sebelumnya. Pada Maret 2021, APBN Indonesia mengalami defisit sebesar Rp143,7 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, salah satu indikator yang dilihat adalah adanya surplus anggaran. Laporan Kemenkeu menunjukkan, pendapatan negara pada Maret 2022 sebesar Rp501 triliun. Sementara, belanja negara pada Maret 2022 sebesar Rp490,6 triliun.
Pendapatan negara naik 32,1% dari Maret 2021 yang sebesar Rp379,4 triliun. Rinciannya, pendapatan negara yang berasal dari penerimaan pajak sebesar Rp322,5 triliun. Realisasi penerimaan bea dan cukai sebesar Rp79,3 triliun. Kemudian, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp99,1 triliun.
Sementara itu, realisasi belanja negara pada Maret 2022 turun 6,2% dibandingkan Maret 2021 yang sebesar Rp523 triliun. Rinciannya, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp314,2 triliun. Lalu, realisasi transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) mencapai Rp176,5 triliun.
Keseimbangan primer juga mencatatkan surplus sebesar Rp94,7 triliun per Maret 2022. Angka tersebut meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp61,7 triliun.
Dengan surplus APBN tersebut, realisasi pembiayaan pun dapat ditekan. Pembiayaan anggaran tercatat sebesar Rp139,4 triliun atau berkontraksi 58,1%.
"Dengan surplus ini kita masih punya sisa anggaran lebih atau cash kita sebesar Rp149,7 triliun," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers, Rabu 20 April 2022.
(Baca: APBN Indonesia Kembali Cetak Surplus Capai Rp19,7 Triliun Per Februari 2022)