Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi belanja negara sepanjang 2022 mencapai Rp3.090,7 triliun atau 99,5% dari target Perpres 98/2022 senilai Rp3.106,4 triliun.
Meskipun tak mencapai target, tapi realisasi belanja pada tahun lalu meningkat 10,9% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar Rp2.786,4 triliun.
Adapun realisasi tersebut masih bersifat sementara karena akan melewati proses audit terlebih dahulu dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Tercatat, penyumbang terbesar belanja negara pada 2022 berasal dari belanja non-K/L sebesar Rp1.195,2 triliun atau naik 47,6% secara tahunan (yoy). Anggaran ini termasuk subsidi energi dan kompensasi sebesar Rp551,2 triliun, naik 192,7% dari 2021 sebesar Rp188,3 triliun.
"Jadi belanja negara melonjak atau meningkat dan kenaikannya terutama terjadi pada belanja untuk perlindungan pada masyarakat dalam bentuk subsidi, kompensasi dan berbagai bantuan sosial," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Realisasi APBN 2022, Selasa (3/1).
Kemudian, realisasi belanja kementerian atau lembaga (K/L) sebesar Rp1.079,3 triliun pada 2022. Angka ini menurun dari tahun sebelumnya Rp1.190,8 triliun.
Selanjutnya, realisasi transfer ke daerah (TKD) bertumbuh 3,9% dari Rp785,7 triliun menjadi Rp816,2 triliun pada 2022.
Sementara pendapatan negara, nilainya mencapai Rp2.626,4 triliun pada 2022, naik 30,6% dari tahun sebelumnya sebesar Rp2.786,4 triliun.
Dengan tingginya belanja negara ketimbang pendapatan negara, membuat Anggaran Pendapatan Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp464,3 triliun pada 2022. Defisit tersebut setara 2,38% terhadap produk domestik bruto (PDB).
(Baca: Kementerian Keuangan: APBN RI Defisit Rp464,3 Triliun Sepanjang 2022)