Trump Revisi Kebijakan Tarif Impor Setelah Inflasi AS Meningkat

Pada April 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meluncurkan kebijakan "tarif resiprokal" melalui Perintah Eksekutif Nomor 14257.

"Tarif resiprokal" ini berupa tarif bea masuk tinggi untuk produk impor, dengan kisaran antara 10-50%, bergantung pada jenis komoditas dan negara asalnya.

(Baca: Update Tarif AS ke Negara ASEAN, Singapura Terendah)

Namun, pada November 2025, Trump merevisi kebijakan tersebut.

Ia menghapus tarif resiprokal untuk banyak produk, seperti daging sapi, tomat, kelapa, buah-buahan, teh, kopi, dan berbagai komoditas pangan lainnya.

"Secara khusus, saya telah menetapkan bahwa produk-produk pertanian tertentu tidak akan dikenakan tarif resiprokal berdasarkan Perintah Eksekutif 14257, yang telah diubah," kata Trump dalam Perintah Eksekutif tanggal 14 November 2025.

Kebijakan baru ini diumumkan setelah laju inflasi AS meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Pada April 2025, saat Trump baru meluncurkan kebijakan tarif resiprokal, inflasi AS masih di level 2,33% (year-on-year/yoy).

Kemudian setelah kebijakan itu berlaku efektif, inflasi AS terus naik hingga mencapai 3% (yoy) pada September 2025, seperti terlihat pada grafik.

Pada September 2025, inflasi AS paling tinggi terjadi di kelompok komoditas pangan dengan laju 3,1% (yoy).

Sedangkan laju inflasi AS di kelompok komoditas energi 2,8% (yoy), lalu kelompok komoditas selain pangan dan energi 3% (yoy).

Adapun revisi kebijakan tarif resiprokal ini disambut positif oleh Asosiasi Industri Makanan AS.

"Pernyataan Presiden Trump untuk mengurangi tarif impor pangan merupakan langkah penting untuk memastikan kecukupan pasokan dengan harga terjangkau bagi konsumen," kata perwakilan Asosiasi Industri Makanan AS, diberitakan Associated Press, 15 November 2025.

(Baca: 20 Komoditas Ekspor Utama Indonesia ke AS Januari-April 2025)