Investasi Hilirisasi di Indonesia Semester I 2025, Terbesar untuk Sektor Mineral

Menurut laporan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi hilirisasi di Indonesia pada semester I 2025 mencapai Rp280,8 triliun, naik 54,8% dari periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Investasi hilirisasi periode ini menyumbang 29,8% terhadap total realisasi investasi nasional yang sebesar Rp942,9 triliun.

Pada paruh pertama 2025, investasi hilirisasi paling banyak masuk ke sektor mineral, yaitu Rp193,8 triliun.

Investasi ini terbagi untuk hilirisasi komoditas nikel Rp94,1 triliun, tembaga Rp40 triliun, bauksit Rp27,7 triliun, besi baja Rp21,5 triliun, timah Rp3,5 triliun, dan mineral lainnya Rp7 triliun.

Komoditas mineral lainnya mencakup pasir silika, emas, perak, kobalt, mangan, batu bara, aspal buton, dan logam tanah jarang. 

Lalu ada investasi hilirisasi di sektor perkebunan dan kehutanan sebesar Rp67,4 triliun.

Rinciannya, untuk hilirisasi kelapa sawit Rp31,6 triliun, kayu log Rp24,9 triliun, karet Rp8,2 triliun, dan komoditas lainnya (pala, kelapa, kakao, dan biofuel) Rp2,7 triliun.

Kemudian sektor minyak dan gas bumi menerima investasi hilirisasi Rp17,3 triliun, terdiri atas hilirisasi minyak bumi Rp7,9 triliun dan gas bumi Rp9,4 triliun.

Terakhir, investasi hilirisasi di sektor perikanan dan kelautan sebesar Rp2,3 triliun. Investasi ini untuk hilirisasi garam; ikan tuna, cakalang, tongkol; udang; rumput laut; rajungan; dan tilapia.

Secara keseluruhan, total investasi yang masuk ke Indonesia pada semester I 2025 mencapai Rp942,9 triliun, tumbuh 13,6% (yoy).

Nilai itu terdiri atas penanaman modal asing (PMA) Rp432,6 triliun (45,9%), dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp510,3 triliun (54,1%).

Seluruh realisasi investasi ini menyerap tenaga kerja sekitar 1,26 juta orang.

(Baca: Provinsi Tujuan Investasi Australia di Indonesia 2024)