Proyeksi IMF, Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Masih di Bawah Pra-Pandemi

Ekonomi & Makro

Premium

Adi Ahdiat 06/02/2025 11:22 WIB

URL telah disalin

Memuat...

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 bisa mencapai 3,3%. Angka ini masih di bawah rata-rata pertumbuhan masa pra-pandemi periode 2000–2019 yang mencapai 3,7%.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global (2000-2025)*

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Proyeksi IMF, Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Masih di Bawah Pra-Pandemi”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global (2000-2025)*

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2025, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun ini bisa mencapai 3,3%.

Meski sedikit naik dibanding 2024, IMF menilai proyeksi tahun ini masih lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi masa pra-pandemi Covid-19.

"Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan sebesar 3,3% pada tahun 2025, di bawah rata-rata historis 2000—2019 yang mencapai 3,7%," kata IMF dalam laporannya.

IMF menilai prospek pertumbuhan ekonomi global pada 2025 tak banyak berubah dibanding tahun lalu. Namun, negara maju secara umum diprediksi menguat, sedangkan negara berkembang cenderung stagnan.

IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi kelompok negara maju naik dari 1,7% pada 2024, menjadi 1,9% pada 2025.

Sedangkan pertumbuhan kelompok negara berkembang tahun ini diperkirakan 4,2%, sama seperti tahun lalu.

IMF juga memandang ada berbagai risiko yang bisa membebani pertumbuhan ekonomi banyak negara.

"Ada risiko jangka pendek yang cenderung menguntungkan Amerika Serikat, tapi merugikan bagi sebagian besar negara lain di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan," kata IMF dalam laporannya.

"Misalnya, intensifikasi kebijakan proteksionis dalam bentuk tarif perdagangan baru. Hal ini dapat memperburuk ketegangan perdagangan, menurunkan investasi, mengurangi efisiensi pasar, mendistorsi arus perdagangan, dan mengganggu rantai pasokan. Pertumbuhan dapat menurun baik dalam jangka pendek maupun menengah, dengan tingkat yang berbeda-beda di berbagai negara," lanjutnya.

(Baca: Konflik Antar-Negara, Risiko Global Terbesar 2025)

Editor : Adi Ahdiat