Utang nasional Amerika Serikat telah naik mencapai US$31 triliun atau setara dengan 465 kuadriliun dengan asumsi rerata kurs Rp 15.000 per US$, menurut data yang diterbitkan Departemen Keuangan hingga Senin (3/10). Angka itu merupakan yang tertinggi dalam sejarah utang nasional AS.
Nilai ini meningkat signifikan dibandingkan posisi utang nasional AS pada Agustus 2021 yang tercatat sebesar US$28,4 triliun atau setara Rp 426 kuadriliun. Kenaikan utang nasional menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah di saat ekonomi AS dilanda kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi.
Melansir CNN, Pemerintah AS melakukan pinjaman selama pandemi Covid-19 untuk membantu menopang perekonomian negara adidaya itu ketika virus corona menjungkirbalikkan kehidupan, pasar tenaga kerja, dan rantai pasokan. Utang yang belum dibayar telah naik hampir $8 triliun sejak awal tahun 2020. Dan utang itu telah melonjak sebesar $1 triliun hanya dalam delapan bulan.
Komite Anggaran Fiskal yang Bertanggung Jawab bulan lalu memperkirakan bahwa kebijakan Presiden Biden dapat menambah defisit $4,8 triliun antara tahun 2021 dan 2031.
"Peminjaman yang berlebihan akan menyebabkan tekanan inflasi yang berkelanjutan, mendorong utang nasional ke rekor baru segera setelah 2030 dan pembayaran bunga federal tiga kali lipat selama dekade berikutnya - atau bahkan lebih cepat jika suku bunga naik lebih cepat atau lebih dari yang diharapkan," ujar Komite Anggaran Fiskal yang Bertanggung Jawab.
(baca: Utang Indonesia ke Bank Dunia Terbesar di Asia Tenggara)