1.822 Titik Panas Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Sabtu, 2 Agustus 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 1.822 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 114 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (2/8/2025) pukul 11.12 WIB. Dari 1.822 titik panas terdeteksi, 133 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 1653 titik skala sedang, dan 36 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Jumlah Korban Bencana Alam di Indonesia hingga 8 Juli 2025)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Barat sebanyak 836 titik. Kalimantan Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 181 titik. Riau berada di posisi ketiga sebanyak 155 titik panas.
Sebanyak 84 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Bangka Belitung menyusul dengan 77 titik panas, serta Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat masing-masing memiliki 71 dan 56 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.