Kementerian LHK: Jumlah Hotspot di Indonesia Capai 212 Dalam 24 Jam Terakhir (Minggu, 11 Mei 2025)


- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 212 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 80 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (11/5/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 212 titik panas terdeteksi, 3 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 207 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Secara Global Turun pada 2023)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sumatera Selatan sebanyak 28 titik. Kalimantan Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 25 titik. Maluku Utara berada di posisi ketiga sebanyak 22 titik panas.
Sebanyak 20 titik panas terdeteksi di Kalimantan Barat, Kepulauan Bangka Belitung menyusul dengan 16 titik panas, serta Banten dan Sumatera Barat masing-masing memiliki 11 dan 10 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.