Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 79 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 89 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (25/6/2024) pukul 16.26 WIB. Dari 79 titik panas terdeteksi, 1 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 77 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Gempa Bumi Berkekuatan 4.7 M Guncang Kepulauan Bonin, Wilayah)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Banten sebanyak 14 titik. Jawa Timur menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 14 titik. Nusa Tenggara Timur berada di posisi ketiga sebanyak 14 titik panas.
Sebanyak 10 titik panas terdeteksi di Jawa Tengah, Maluku Utara menyusul dengan 7 titik panas, serta Riau dan Nusa Tenggara Barat masing-masing memiliki 7 dan 5 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 10 Negara dengan Gempa Bumi Terbanyak 2023, Indonesia Pertama)