Langkah yang Bisa Mencegah Kekerasan terhadap Perempuan akibat Pinjol

Kasus kekerasan terhadap perempuan akibat pinjaman online (pinjol) kerap terjadi. Bentuk kekerasan yang terjadi berupa intimidasi, kekerasan verbal, hingga fisik. 

Menurut survei Litbang Kompas, perbaikan kesejahteraan perempuan menjadi hal yang paling penting dilakukan untuk menghindari hal tersebut, dinyatakan oleh 39,1% responden. 

"Bagaimanapun juga, mayoritas dari para nasabah ini mengajukan pinjaman karena terdesak tuntutan ekonomi," tulis Litbang Kompas dalam laporannya, Selasa (29/4/2025). 

Lalu 22,5% responden menilai, pemerintah dapat memberikan sanksi terhadap pihak pemberi pinjaman yang menggunakan kekerasan ketika menagih nasabah. 

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah perempuan menjadi korban kekerasan karena pinjol berikutnya adalah meningkatkan literasi keuangan (19,4%) dan memperkuat regulasi terkait penagihan pinjol (14,3%). 

Litbang Kompas juga memotret, sebanyak 15% responden dari total responden mengaku pernah mengalami kekerasan ketika ditagih pemberi pinjol. 

Proposinya terdiri dari 2,1% responden perempuan yang pernah mengalaminya sendiri dan 12,9% dialami oleh kerabat perempuan responden. 

"Selain memperkuat penegakan hukum terhadap pihak penyedia pinjol yang masih nakal, kanal aduan resmi terkait dengan kasus kekerasan akibat pinjol juga perlu diperkuat," tulis Peneliti Litbang Kompas. 

Survei ini melibatkan 510 responden dari 54 kota di 38 provinsi yang dipilih secara acak, sesuai proporsi penduduk di setiap daerah.

Pengambilan data dilakukan pada 21-24 April 2025 melalui wawancara telepon. Toleransi kesalahan survei (margin of error) sekitar 4,25% dan tingkat kepercayaan 95%, dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

(Baca: Awal 2025, Utang Pinjol Warga Jawa Barat Tembus Rp19 Triliun)