132 Hotspot Terdeteksi di Indonesia Dalam 24 Jam Terakhir (Sabtu, 10 Mei 2025)


- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 132 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 17 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (10/5/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 132 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 127 titik skala sedang, dan 3 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Indonesia Punya Gunung Berapi Aktif Terbanyak di Dunia)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Timur sebanyak 31 titik. Kalimantan Barat menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 19 titik. Maluku Utara berada di posisi ketiga sebanyak 17 titik panas.
Sebanyak 15 titik panas terdeteksi di Jambi, Riau menyusul dengan 11 titik panas, serta Maluku dan Sulawesi Barat masing-masing memiliki 7 dan 5 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Negara dengan Gunung Berapi Aktif Terbanyak di Dunia, Indonesia Pertama)