Perubahan iklim semakin meluas dirasakan negara-negara di dunia. Emisi kabon atau CO2 global didominasi oleh perubahan penggunaan lahan dan kehutanan.
Pada 2021, Carbon Brief mengungkapkan penghasil emisi terbesar terutama adalah negara-negara yang secara geografis luas yang banyak menebang hutan iklim untuk lahan pertanian dan untuk bahan bakar, seperti AS, Rusia, dan Cina.
Di Amerika Seriakt (AS) , misalnya, gelombang pemukim menyebar ke seluruh benua dari timur ke barat. Warga yang bermigrasi juga membuka lahan untuk pertanian saat mereka pergi.
Pada saat yang sama, beberapa negara Eropa juga menjadi salah satu kontributor terpenting bagi pemanasan historis saat ini.
Negara-negara hutan hujan Brasil dan Indonesia juga mengalami deforestasi pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh pemukim yang menanam karet, tembakau, dan tanaman komersial lainnya. "Semakin menjadi-jadi sekitar tahun 1950, termasuk untuk lahan untuk peternakan sapi, penebangan kayu dan perkebunan kelapa sawit," ujar laporan itu.
Indonesia menempati urutan kelima sebagai negara penghasil emisi karbon kumulatif terbanyak di dunia mencapai 102,562 GtCO2. Artinya, Indonesia juga berperan terhadap perubahan lingkungan global.
AS berada di posisi pertama sebagai negara penghasil emisi CO2 kumulatif terbesar dengan penggunaan batu bara secara luas, kemudian dengan munculnya kendaraan bermotor.
Pada akhir tahun 2021, AS menghasilkan lebih dari 509 Giga ton CO2 (GtCO2) sejak tahun 1850. Pada 20,3% dari total global, sejauh ini merupakan bagian terbesar dan dikaitkan dengan sekitar 0,2C pemanasan hingga saat ini.
Berikut daftar negara penghasil emisi karbon kumulatif terbesar:
- Amerika Serikat 509,143 GtCO2
- Cina 284,467 GtCO2
- Rusia 172,234 GtCO2
- Brasil: 112,562 GtCO2
- Indonesia 102,562 GtCO2
- Jerman 88,486 GtCO2
- India 85,675 GtCO2
- Inggris 74,295 GtCO2
- Jepang 68,002 GtCO2
- Kanada 65,504 GtCO2
(baca: Meski Ada Perjanjian Paris, Pembiayaan Energi Fosil G20 Tetap Tinggi)