Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kesehatan anak muda Indonesia kian memburuk dalam enam tahun terakhir.
Hal ini terlihat dari naiknya persentase keluhan kesehatan dan angka kesakitan yang dialami laki-laki dan perempuan muda (15-44 tahun) selama periode 2016-2021.
BPS mendefinisikan 'keluhan kesehatan' sebagai keadaan di mana seseorang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik keluhan fisik maupun psikis.
Sedangkan 'angka kesakitan' merupakan persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan hingga aktivitas sehari-harinya terganggu.
Menurut data BPS, pada tahun 2016 persentase anak muda yang mengalami keluhan kesehatan berjumlah 17,4%.
Kemudian di tahun-tahun berikutnya terjadi tren peningkatan, hingga persentase keluhan kesehatan anak muda naik menjadi 21,24% pada 2021.
Hal serupa terjadi pada angka kesakitan. BPS mencatat angka kesakitan anak muda pada 2016 hanya 8,54%, lalu terjadi tren peningkatan menjadi 10,23% pada 2021.
Kesehatan Anak Muda Perkotaan Lebih Buruk dari Perdesaan
Berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, persentase anak muda yang mengalami keluhan kesehatan di perkotaan mencapai 25,08% pada 2021.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan keluhan kesehatan anak muda perdesaan yang hanya 15,74%.
Berdasarkan jenis kelaminnya, keluhan kesehatan lebih banyak dialami perempuan yaitu 22,32%, sedangkan laki-laki 20,18%.
Hal sebaliknya terjadi pada angka kesakitan, di mana persentase perempuan yang sakit lebih rendah yaitu 8,99%, sedangkan laki-laki 11,45%.
Makin Tinggi Pengeluaran, Makin Banyak Keluhan Kesehatan
BPS juga menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran anak muda, maka semakin tinggi pula keluhan kesehatan dan angka kesakitannya.
Dari kelompok pengeluaran teratas ada 24,28% anak muda yang mengalami keluhan kesehatan.
Dari kelompok pengeluaran menengah keluhan kesehatannya mencapai 21,54%. Sedangkan dari kelompok pengeluaran terbawah keluhan kesehatannya hanya 19,06%.
(Baca Juga: 10 Provinsi dengan Angka Pemuda Berprofesi Petani Paling Banyak pada 2021)