Kementerian LHK Temukan 78 Hotspot di Indonesia, Terbanyak di Kalimantan Timur (Sabtu, 22 November 2025)
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 78 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 45 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (22/11/2025) pukul 11.12 WIB. Dari 78 titik panas terdeteksi, 4 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 73 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Titik Panas Karhutla di Sumsel Bertambah pada Pertengahan Oktober 2023)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Kalimantan Timur sebanyak 16 titik. Papua Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 11 titik. Sumatera Selatan berada di posisi ketiga sebanyak 8 titik panas.
Sebanyak 8 titik panas terdeteksi di Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Bangka Belitung menyusul dengan 4 titik panas, serta Banten dan Nusa Tenggara Barat masing-masing memiliki 4 dan 4 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: 10 Area Kawasan Hidrologi Gambut yang Paling Rentan Karhutla pada 2023)