Kompetisi Video Pendek Kompetisi Video Pendek

Seberapa Parah Tingkat Rawan Pangan di Palestina?

1
Erlina F. Santika 16/07/2024 18:30 WIB
Image Loader
Memuat...
Prevalensi dan Jumlah Orang yang Terkena Rawan Pangan Akut IPC/CH Fase 3 atau Lebih di Palestina/Jalur Gaza (2020-2024)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Laporan World Food Programme (WFP) mengungkapkan, terdapat 2,2 juta orang Palestina, utamanya Jalur Gaza, yang hidup dalam kondisi rawan pangan akut pada 2024.

Tingkat kerawanan pangan dihitung melalui lima fase atau klasifikasi. Klasifikasi ini dibakukan dalam klasifikasi fase keamanan pangan terpadu atau integrated food security phase classification (IPC) cadre harmonisé (CH), tahap 1-5. Semakin tinggi klasifikasinya, semakin rentan dan gawat kondisinya.

Dari jumlah pada 2024, sebanyak 300 ribu orang masuk IPC/CH fase 3. Sementara 900 ribu masuk IPC/CH fase 4 dan 1,1 juta orang masuk IPC/CH fase 5.

WFP juga menghitung, prevalensi kerawanan pangan akut ini mencapai 100% pada 2024.

Jumlah orang dan prevalensi ini tak berubah sejak 2023, sekaligus menjadi yang tertinggi. Padahal secara tren, tingkat kerawanan pangan sebenarnya kerap menurun sebelumnya.

Pada 2020, WFP menghitung jumlah orang yang masuk kondisi rawan pangan akut Palestina sebesar 1,4 juta orang dengan prevalensi 64%.

Setahun berikutnya, jumlah orang menurun menjadi 1,3 juta dan prevalensi sebesar 59%. Penurunan juga terjadi pada 2022, jumlah orang sebesar 1,2 juta dan prevalensi sebesar 55%.

Naiknya kerawanan pangan akut pada 2023-2024 diprediksi karena masifnya serangan Israel ke Palestina sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini. UNICEF bahkan menyebut malnutrisi akut terjadi dua kali lipat di Jalur Gaza pada Maret 2024.

"Sebanyak 1 dari 3 anak di bawah usia 2 tahun saat ini mengalami kekurangan gizi akut di bagian utara [Gaza], menurut pemeriksaan gizi yang dilakukan oleh UNICEF dan mitra," tulis UNICEF dalam lamannya, dikutip Selasa (16/7/2024).

Sebelumnya, WFP menjelaskan fase kerawanan pangan akut. Fase pertama adalah tidak ada atau none/minimal, artinya rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan pangan dan nonpangan esensial. Kedua, stres, artinya rumah tangga punya konsumsi makanan yang cukup secara minimal, tetapi tidak mampu membayar pengeluaran nonmakanan yang penting tanpa melakukan strategi penanggulangan stres.

Ketiga, krisis, yakni punya kesenjangan konsumsi pangan yang terlihat dari tingkat kekurangan gizi akut yang tinggi. Bisa juga secara marginal mampu memenuhi kebutuhan pangan minimum, tetapi harus menguras aset mata pencaharian yang penting.

Keempat, keadaan darurat, tak berbeda jauh dengan penjelasan fase tiga, tetapi sudah di level malnutrisi akut hingga menyebabkan kematian.

Kelima, katastrofi, bencana kelaparan. Fase ini, rumah tangga mengalami kebutuhan pangan dan dasar ekstrem, bahkan setelah strategi penanggulangan sudah dilakukan maksimal. Kelaparan, kematian, kemelaratan, dan tingkat kekurangan gizi akut sangat kritis terlihat.

WFP dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) memperingatkan bahwa kerawanan pangan akut kemungkinan akan memburuk lebih lanjut di 18 titik rawan kelaparan, terdiri atas 17 negara atau wilayah dan satu klaster regional yang terdiri dari 4 negara, selama periode Juni hingga Oktober 2024.

Mali, Palestina, Sudan Selatan, dan Sudan tetap berada pada tingkat perhatian tertinggi. Haiti ditambahkan ke daftar negara/wilayah dengan perhatian tertinggi karena meningkatnya kekerasan oleh kelompok bersenjata non-negara (NSAG).

(Baca juga: Negara-Negara dengan Kondisi Rawan Pangan Akut 2024)

Data Populer
Lihat Semua