Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukan bahwa prevalensi stunting balita Indonesia mencapai 21,5% pada 2023, hanya turun tipis dari 2022 yang angkanya 21,6%. Artinya sekitar 1 dari 5 balita usia 0-59 bulan di Indonesia mengalami stunting pada 2023.
Kasus stunting terbanyak terjadi pada kelompok usia 24-35 bulan atau 2 hingga hampir 3 tahun dengan prevalensi sebesar 26,2% pada 2022 dan 25,8% pada 2023.
Tertinggi kedua terjadi pada kelompok usia 36-47 bulan atau 3 hingga hampir 4 tahun dengan prevalensi 22,5% pada 2022, naik menjadi 23,6% pada 2023.
Tertinggi selanjutnya kelompok usia 12-23 bulan atau 1 hingga hampir 2 tahun dengan prevalensi 22,4% pada 2022, naik tipis menjadi 22,7% pada 2023.
Sementara itu prevalensi terendah terjadi pada kelompok usia 0-5 bulan, yakni 11,7% pada 2022 dan naik menjadi 13,7% pada 2023.
Ada juga 6-11 bulan dengan prevalensi 13,7% pada 2022, turun menjadi 13,1% pada 2023. Lengkapnya terlampir pada grafik.
Kemenkes juga menyampaikan, data prevalensi stunting per provinsi menunjukkan terdapat gap yang cukup besar antar-wilayah, dengan prevalensi stunting terendah sebesar 7,2% dan tertinggi sebesar 37,9%.
Dari 38 provinsi di Indonesia, sebanyak 15 provinsi memiliki prevalensi stunting di bawah angka nasional. Lima provinsi dengan prevalensi stunting terendah yaitu Bali (7,2%), Jambi (13,5%), Riau (13,6%), Lampung (14,9%), dan Kepulauan Riau (16,8%).
Sedangkan masih ada 18 provinsi yang angka stunting di atas angka nasional. Tiga provinsi yang memiliki prevalensi stunting paling tinggi di Indonesia adalah Papua tengah (38,4%), Nusa Tenggara Timur (37,9%), dan Papua Pegunungan (37,3%).
(Baca juga: 10 Provinsi dengan Angka Stunting Tertinggi 2023, Mayoritas di Timur)