Aliran investasi hijau di kawasan Asia Tenggara menguat pada 2023.
Hal ini tercatat dalam Southeast Asia’s Green Economy 2024 Report, laporan kolaborasi dari Bain & Company, GenZero, Standard Chartered, dan Temasek.
Investasi hijau merupakan aktivitas penanaman modal di sektor-sektor berkelanjutan, yakni sektor yang memberi manfaat jangka panjang untuk ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Menurut laporan Bain & Company, investasi hijau yang masuk ke Asia Tenggara sepanjang 2023 mencapai US$6,3 miliar, tumbuh sekitar 20% dibanding tahun sebelumnya.
Investasi ini terbagi ke beragam sektor mulai dari pengembangan energi terbarukan, pengolahan limbah dan daur ulang, transportasi ramah lingkungan, konservasi lahan, sampai pertanian berkelanjutan.
Jika dipecah per negara, aliran investasinya paling banyak masuk ke Indonesia.
Pada 2023 Indonesia tercatat menerima investasi hijau hampir US$1,6 miliar, setara 25% dari total aliran modal serupa di Asia Tenggara.
Adapun jika dirinci sumbernya, investasi hijau di Asia Tenggara pada 2023 mayoritas berasal dari investor domestik.
"Ada lebih banyak investor domestik di kawasan ini, sedangkan investor asing (dari luar Asia Tenggara) konsisten berkurang," kata Bain & Company dalam laporannya.
(Baca: Investor Sukuk Hijau Ritel Biayai Proyek Kereta sampai Manajemen Banjir)