Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy) per kuartal I 2024.
Pertumbuhan dari produk domestik bruto (PDB) itu tergerus 0,83% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq) yang sebesar 5,04% (yoy) pada kuartal IV 2023.
Kendati demikian, Amalia A. Widyasant sebagai Plt. Kepala BPS menyebut bahwa angka pertumbuhan ini torehkan capaian yang cukup besar.
"Ini merupakan pertumbuhan triwulan I tertinggi sepanjang periode 2019-2024," kata Amalia dalam konferensi pers daring di kanal YouTube BPS, Senin (6/5/2024).
Berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB), nilai atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp5.288,3 triliun pada kuartal I 2024. Sementara atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 sebesar Rp3.112,9 triliun.
Dari sisi produksi, BPS menyebut lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni 18,88%.
Sementara dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 24,29%.
Sebaliknya, kontraksi pertumbuhan terdalam dari sisi produksi terjadi pada lapangan usaha jasa pendidikan sebesar 10,34%. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 36,69%.
Berdasarkan wilayahnya, kelompok provinsi di Pulau Jawa masih menunjukkan pengaruhnya secara spasial dalam perekonomian Indonesia dengan mencatat peranan sebesar 57,70% pada kuartal I 2024. Sayangnya Pulau Jawa perlambatan pertumbuhan sebesar 4,84% (yoy) dibanding kuartal I 2023.
(Baca juga: Rumah Tangga, Penopang Utama Ekonomi RI Kuartal I 2024)