Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, mayoritas atau 86,91% rumah tangga Indonesia menggunakan bahan bakar gas untuk memasak pada 2023.
Adapun gas yang digunakan berupa elpiji 5,5 kilogram (kg), elpiji 3 kg, serta gas kota atau biogas.
Menurut wilayahnya, provinsi dengan proporsi rumah tangga yang menggunakan gas untuk memasak tertinggi adalah Kalimantan Timur, yakni sebanyak 97,74%.
Sementara, provinsi yang terendah adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), yang hanya 1,43%. Ini lantaran mayoritas atau 68,11% rumah tangga di provinsi tersebut menggunakan kayu bayar untuk memasak.
Berikutnya, terdapat 9,82% rumah tangga dalam negeri yang menggunakan kayu bakar untuk memasak. Diikuti 2,45% yang menggunakan minyak tanah.
Kemudian 0,30% rumah tangga di Tanah Air telah menggunakan bahan bakar listrik. Ada pula 0,04% yang menggunakan arang atau briket untuk memasak.
Sementara, 0,47% menggunakan bahan bakar lainnya, termasuk rumah tangga Indonesia yang tidak memasak di rumah.
Di samping itu, per 1 Januari 2024, pembelian gas elpiji 3 kg hanya dapat dilakukan oleh pembeli yang terdata. Untuk mendaftar, masyarakat dapat menunjukkan KTP dan kartu keluarga di penyalur resmi.
Langkah tersebut merupakan upaya pemerintah untuk dapat mendistribusikan gas elpiji 3 kg dengan tepat sasaran.
"Karena sudah jelas konsumennya berdasarkan data di KTP, masyarakat tetap tenang program ini tidak mempengaruhi stok LPG subsidi," kata KEtua V DPP Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas, Heddy S Hedian, dalam keterangannya, dilansir dari Antara, Sabtu (13/1/2024).
(Baca: Data Rasio Penggunaan Gas Rumah Tangga Indonesia 2017-2022)