Perawatan Terhadap Anak-Anak yang Idap ISPA Turun pada 2022

Layanan konsumen & Kesehatan
1
Erlina F. Santika 04/12/2023 13:43 WIB
Persentase Anak dengan Gejala ISPA yang Dibawa ke Fasilitas Kesehatan Menurut Kawasan (2010 dan 2022)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Data United Nations Children's Fund (UNICEF) menunjukkan, terdapat penurunan perawatan terhadap anak-anak yang terkena gejala infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) periode 2010 dan 2022.

Secara global, anak-anak bergejala ISPA yang mendapat perawatan sebesar 61% dari total pengidap ISPA kategori anak pada 2010. Angkanya kemudian turun menjadi 59% pada 2022.

Amerika Latin dan Kepulauan Karibia menjadi kawasan negara dengan persentase perawatan tertinggi, yakni 68% pada 2010 dan 70% pada 2022. Meski mengalami peningkatan 2 poin persen, persentase ini menunjukkan belum semua anak ISPA di wilayah tersebut mendapatkan perawatan.

Eropa Timur dan Asia Tengah juga menjadi kawasan dengan persentase perawatan anak ISPA tertinggi, masing-masing 68% pada 2010 dan 2022.

Di antara kawasan yang disurvei, Afrika Timur dan Afrika Selatan mengalami progres yang cukup besar, yakni 51% pada 2010 menjadi 55% pada 2022, atau naik 4 poin persen.

Sementara penurunan signifikan terjadi di Asia Selatan, yakni 67% pada 2010 menjadi 61% pada 2022, atau turun 6 poin persen.

Diketahui, sebagian besar ISPA yang ringan meliputi batuk-pilek. Namun, jika ISPA tak terobati dan berkelanjutan bisa menjadi pneumonia. UNICEF melihat, masih sedikit anak-anak bergejala pneumonia yang mendapat perawatan dari fasilitas kesehatan.

UNICEF juga menjelaskan, kematian akibat pneumonia pada masa kanak-kanak sangat terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kemiskinan seperti kekurangan gizi, kurangnya air minum dan sanitasi yang aman, polusi udara dalam dan luar ruangan serta akses yang tidak memadai terhadap layanan kesehatan.

"Sekitar setengah dari kematian akibat pneumonia pada masa kanak-kanak berhubungan dengan polusi udara," tulis UNICEF dalam laman resminya.

UNICEF melanjutkan, dampak polusi udara dalam ruangan membunuh lebih banyak anak secara global, dibandingkan polusi udara luar ruangan. Pada saat yang sama, sekitar dua miliar anak usia 0-17 tahun tinggal di wilayah dengan polusi udara luar ruangan melebihi batas pedoman internasional.

Statistik ini berasal dari data global UNICEF 2023, berdasarkan Multiple Indicator Cluster Surveys (MICS), Demographic and Health Surveys (DHS), dan survei rumah tangga lainnya yang representatif secara nasional.

(Baca juga: Ada 520 Ribu Kasus ISPA di Banten sampai Juli 2023, Terbanyak Dialami Balita)

Data Populer
Lihat Semua