Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 526 konten hoaks pemilu di media sosial selama periode 19 Januari 2022 hingga 27 Oktober 2023.
Berdasarkan platformnya, sebaran konten terindikasi hoaks pemilu paling banyak ditemui di Facebok, yaitu 455 konten.
"Catatan kami menunjukkan penyebaran hoaks dan disinformasi terkait pemilu paling banyak ditemukan di platform Facebook yang Meta kelola," kata Menkominfo Budi Arie Setiadi melalui keterangan tertulisnya, Jumat (27/10/2023).
Kemudian, penemuan konten hoaks pemilu juga banyak dijumpai di TikTok, yakni sebanyak 25 konten.
Disusul temuan konten hoaks pemilu di YouTube dan Snack Video dengan jumlah yang sama sebanyak 17 konten; Twitter 11 konten; dan Instagram 1 konten.
Menurut Budi, kondisi ini harus menjadi perhatian bersama. Sebab beredarnya isu hoaks tentang pemilu ini berpotensi dapat menurunkan kualitas demokrasi dan memecah belah bangsa.
"Sebagai salah satu bentuk information disorder, akibatnya Pemilu yang seharusnya menjadi pesta demokrasi dapat terkikis integritasnya serta menimbulkan distrust (ketidakpercayaan) antarwarga," ujar Budi.
Adapun dari 526 konten hoaks pemilu yang ditemukan Kominfo, 378 konten di antaranya telah diajukan untuk pemutusan akses (take down).
Lebih lanjut, Budi menyebutkan bahwa isu hoaks yang beredar di media sosial tidak hanya menyerang pasangan bakal capres-cawapres saja, tetapi juga penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Tidak hanya menyasar para bacapres dan bacawapres. Isu hoaks dan disinformasi yang kami temukan turut menyasar reputasi KPU dan penyelenggaraan pemilu untuk menimbulkan distrust terhadap pemilu kita," ungkapnya.
(Baca juga: Kemenkominfo Tangani 3,76 Juta Konten Negatif, Mulai dari Pornografi hingga Judi Online)