Meski Sudah Diguyur Hujan, Kualitas Udara Jakarta Masih Buruk

Layanan konsumen & Kesehatan
1
Erlina F. Santika 25/10/2023 14:10 WIB
Rata-rata Harian Kualitas Udara Jakarta (26 September-25 Oktober 2023)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Akhirnya, beberapa daerah di DKI Jakarta diguyur hujan pada Selasa malam (24/10/2023). Turunnya hujan ini disambut ramai warganet di media sosial.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebenarnya sudah memprediksikan bahwa wilayah Jabodetabek akan terus diguyur hujan pada 24 Oktober 2023 pukul 22.45 WIB hingga 25 Oktober 2023 pukul 03.00 WIB.

"Potensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang," kata BMKG melalui akun Twitternya dikutip dari Okezone.com, Selasa malam (24/10/2023).

 

Pada Rabu siang (25/10/2023) sejumlah daerah di Jakarta juga terpantau diguyur hujan. Meski begitu, ternyata turunnya hujan belum membuat kualitas udara di Jakarta semakin baik.

Data platform pemantau kualitas udara IQAir menunjukkan, rerata harian kualitas udara yang diukur dengan acuan air quality index (AQI US) mencapai 156 poin pada Selasa (24/10/2023).

Kini, pada data terakhir Rabu (25/10/2023) pukul 13.45 WIB, kualitas udara Jakarta mencapai 164 poin.

Dua hari belakangan kualitas Jakarta masuk kategori tidak sehat. Polutan utamanya adalah PM 2.5 dengan nilai konsentrasi 66,5 µg/m³ atau mikrogram per meter kubik. Nilai ini 13,3 kali lebih tinggi dari panduan udara tahunan World Health Organization (WHO).

Adapun standar kualitas udara ideal WHO dengan konsentrasi PM 2.5 antara 0 sampai 5 mikrogram per meter kubik.

Selama tren bulanannya pun, kualitas udara Jakarta masih didominasi kategori merah alias tidak sehat. Kualitas udara "terbaik" terjadi pada 19 Oktober 2023 dengan nilai 108. Namun nilai ini masih tergolong tidak sehat untuk kategori sensitif.

Melansir CNN Indonesia, Poorna Khanna, peneliti Manajemen Lingkungan AQI menjelaskan bahwa hujan mestinya menurunkan polutan udara yang paling umum, seperti partikel, dan menjadikan kualitas udara lebih baik secara drastis.

Dia menyebut fenomena ini sebagai pengendapan basah (wet deposition) atau dikenal juga dengan pembilasan presipitasi, rainout, penghapusan basah, atau penghanyutan.

"[Fenomena] ini adalah proses alami yang menghilangkan materi melalui hidrometeor atmosfer, seperti hujan, hujan es, dan salju. Dia mengirim dan menyimpan pencemar ke tanah," kata Poorna dikutip CNN Indonesia dari situs AQI.

Berikut acuan skor indeks IQAir:

  • 0-50 poin: kualitas udara baik
  • 51-100 poin: kualitas udara sedang
  • 101-150 poin: kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif
  • 151-200 poin: kualitas udara tidak sehat
  • 201-300 poin: kualitas udara sangat tidak sehat
  • >301: kualitas udara berbahaya.

(Baca juga: Mengenal Wujud PM 2.5 dan PM 10 Penyebab Polusi Udara di Jakarta)

Data Populer
Lihat Semua