Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah telah menambah anggaran subsidi energi dan kompensasi mencapai Rp520 triliun pada 2022.
Langkah ini ditempuh agar harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, LPG 3 kilogram (kg), serta tarif listrik tidak naik meskipuan harga energi dunia melambung.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sri Mulyani menjelaskan seberapa besar anggaran subsidi yang digelontorkan pemerintah demi menjaga harga Pertalite dan solar tidak naik hingga saat ini.
Sebagai informasi, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) mencapai US$105 per barel. Sementara harga ICP dalam APBN-P 2022 dipatok US$100 per barel, dengan demikian ada selisih US$5 untuk setiap barelnya.
Dengan asumsi ICP US$100 per barel, maka harga keekonomian Pertalite (dengan kurs Rp14.450 per dolar Amerika) sebesar Rp14.450 per liter. Namun, harga Pertalite di SPBU masih dijual dengan harga Rp7.650 per liter. Jadi ada subsidi sebesar Rp6.800 per liter yang harus dibayar Pemerintah ke Pertamina.
Harga keekonomian solar sebesar Rp13.950 per liter dengan asumsi APBN 2022 (outlook). Sementara harga solar di SPBU masih dijual dengan harga hanya Rp5.150 per liter. Jadi ada selisih Rp8.300 per liter yang harus ditanggung oleh Pemerintah sebagai kompensasi kepada Pertamina.
Demikian pula harga keekonomian gas LPG tabung 3kg Rp18.500 per kg, namun di pasaran dijual dengan harga Rp4.250 per kg. Artinya, Pemerintah masih memberikan subsidi LPG tabung melon Rp14.000 per kg.
(baca: Harga BBM Indonesia Termasuk Murah di ASEAN, Ini Perbandingan Harganya)