Hasil survei Centre for Strategic and International (CSIS) menunjukkan, para peserta Kartu Prakerja menggunakan insentif yang mereka dapatkan untuk memenuhi sejumlah kebutuhan. Mayoritas atau 86,7% responden menggunakan insentif Kartu Prakerja untuk membeli sembako atau bahan pangan.
Sebanyak 63,4% responden menggunakan insentif Kartu Prakerja untuk membayar listrik atau air. Lalu, ada 51,9% responden yang menggunakan insentif Kartu Prakerja untuk membeli pulsa atau paket internet.
Selanjutnya yang sejalan dengan tujuan Kartu Prakerja, sebanyak 42,4% responden menggunakan insentif untuk modal usaha. Sebesar 41,9% responden juga menggunakan insentif Kartu Prakerja untuk kebutuhan transportasi.
Kemudian, sebanyak 28% responden menggunakan insentif untuk ongkos atau biaya dalam mencari kerja. Responden yang menggunakan insentif Kartu Prakerja untuk membayar pendidikan dan biaya kesehatan masing-masing sebesar 24,6% dan 23,5%.
Sebanyak 16,5% responden menggunakan insentif tersebut untuk membayar sewa kos atau rumah. Sebanyak 11,5% responden menggunakan insentif Kartu Prakerja untuk membayar utang. Sementara, 10,5% responden lainnya memanfaatkan insentif untuk menabung.
Kartu Prakerja merupakan program yang diberikan pemerintah sebagai jaring perlindungan sosial bagi pencari kerja, pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga mereka yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Hingga saat ini, program tersebut telah digelar sebanyak 17 gelombang.
Adapun, CSIS melakukan survei terhadap 2.000 penerima program Kartu Prakerja di setiap provinsi pada 27 Juli hingga 2 Agustus 2021. Metode yang digunakan dalam survei ini adalah stratified random sampling dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,19% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
(Baca: Mayoritas Peserta Gunakan Insentif Kartu Prakerja untuk Biayai Kebutuhan Hidup)