Jutaan Anak Perempuan Indonesia Lakukan Pernikahan Dini

Demografi

Lite

Yosepha Pusparisa 11/09/2020 15:00 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Pandemi Covid-19 memicu lonjakan pernikahan dini di Indonesia. Pada 2018, jutaan anak perempuan menikah dini pada usia 18 tahun. Kuantitas terbanyak berada di Jawa dengan 668.900 anak menikah dini.

Jumlah Anak Perempuan Menikah Dini Berdasarkan Regional (2018)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Jutaan Anak Perempuan Indonesia Lakukan Pernikahan Dini

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Jumlah Anak Perempuan Menikah Dini Berdasarkan Regional (2018)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Pandemi Covid-19 membawa masalah baru dengan meningkatnya jumlah pernikahan dini di Indonesia. Pada Januari-Juni 2020, 34.000 permohonan dispensasi pernikahan dini (di bawah 19 tahun) diajukan, 97% di antaranya dikabulkan, seperti dikutip dari BBC.com. Padahal sepanjang 2019, hanya terdapat 23.700 permohonan.

Persoalan pernikahan dini telah menjadi permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Berdasarkan data 2018, pernikahan dini ditemukan di seluruh bagian Indonesia. Sebanyak 1.184.100 perempuan berusia 20-24 tahun telah menikah di usia 18 tahun. Jumlah terbanyak berada di Jawa dengan 668.900 perempuan.

(Baca: Pandemi Covid-19 Diprediksi Memicu Empat Juta Kelahiran di Indonesia)

Beragam faktor melatarbelakangi pernikahan usia muda. Beberapa di antaranya sebagai solusi persoalan ekonomi keluarga, pengaruh norma agama dan budaya setempat, serta minimnya edukasi terkait pernikahan dini.

Editor : Muhammad Ahsan Ridhoi