Bank Indonesia merilis cadangan devisa pada Oktober 2018 naik US$ 315,85 juta (0,27%) menjadi US$ 115,16 miliar setara Rp 4,73 triliun dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini merupakan yang pertama kalinya dalam sembilan bulan terakhir atau kedua kalinya sepanjang tahun ini. Tekanan rupiah yang cukup kencang telah menyedot cadangan devisa BI sepanjang tahun ini.
Cadangan devisa BI tersebut masih cukup untuk membiayai 6,2 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo. Kemampuan/ketahanan cadangan devisa untuk membiayai impor dan utang luar negeri pemerintah ini merupakan yang terendah sepanjang tahun ini. Namun, angka tersebut masih di atas standar intenasional sebesar 3 bulan. Pada saat mencapai rekor tertingginya sebesar US$ 131,98 miliar pada Januari 2018, cadangan devisa BI mampu membiayai hingga 8,2 impor dan utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo.
Meningkatnya cadangan devisa kali ini ditopang oleh penerimaan devisa ekspor migas dan penarikan utang utang luar negeri lebih besar dibanding kebutuhan devisa. Baik, untuk membiayaiimpor dan utang luar negeri pemerintah luar negeri pemerintah yang jatuh tempo serta stabilisasi nilai tukar rupiah. Menurut Direktur Eksekutif BI Agusman cadangan devisa tersebut masih mampu untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.