Munculnya teknologi internet telah membawa perubahan terhadap gaya hidup masyarakat, salah satunya adalah cara berbelanja masyarakat. Era digital telahmemunculkan fenomena baru, yakni belanja online dari sebelumnya offline (konsumen membeli barang di lokasi penjual barang). Maraknya belanja online seiring tumbuhnya masyarakat kelas menengah dan generasi milenial yang menjadi target para pemasar akan menjadi pendorong perekonomian sektor logistik.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan 2017 mencapai Rp 99,46 triliun atau tumbuh 8,37 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sub sektor angkutan darat masih mendominasi, yakni lebih dari 55 persen dari total PDB transportasi dan pergudangan. Diikuti sub sektor angkutan udara sebesar 17,5 persen dari PDB. Kemudian sub sektor pergudangan; jasa penunjang angkutan; pos dan kurir sebesar 15,7 persen.
Maraknya belanja online telah mendorong pertumbuhan sektor pergudangan; jasa penunjang angkutan; pos dan kurir sebesar 4,83 persen pada triwulan II 2017 dibanding triwulan sebelumnya (MoM) dan juga tumbuh 7,96 persen dibanding triwulan II 2016 (YoY). Berdasarkan laporan Nielsen, pasar e-commerce (perdagangan digital) Indonesia baru mencapai US$ 1,68 miliar atau 1,2 persen dari penjualan ritel senilai US$ 145,8 miliar. Namun, pada 2025 diperkirakan bakal mencapai US$ 46 miliar atau sekitar 8 persen dari pasar ritel domestik.