Kebijakan pelarangan ekspor minyak sawit yang berlaku pada 28 April-22 Mei 2022 tak hanya berpengaruh terhadap pencapaian ekspor, tetapi juga pada aktivitas produksinya.
"Secara agronomis, produksi tandan buah segar (TBS) tanaman meningkat, tetapi secara industri produksi CPO lebih rendah dari produksi bulan April. Beberapa perusahaan mulai membatasi panen dan pembelian TBS dari petani karena kapasitas tangki yang terbatas,” jelas Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono, Jumat (15/7/2022).
GAPKI mencatat total produksi minyak sawit dalam negeri pada Mei 2022 sebesar 3,4 juta ton. Jumlah itu turun 19,7% dari 4,2 juta ton pada April 2022.
Rinciannya, produksi crude palm oil (CPO) pada Mei 2022 sebesar 3,1 juta ton, turun 19,8% dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,8 juta ton.
Sementara produksi crude palm kernel oil (CPKO) pada Mei 2022 sebesar 304 ribu ton, turun 18,5% dari April 2022 yang sebesar 373 ribu ton.
Meski produksinya menurun, stok minyak sawit pada Mei 2022 mencapai 7,2 juta ton, meningkat dari 6,1 juta ton pada Maret 2022. Ini disebabkan karena kinerja ekspor yang menurun akibat kebijakan pelarangan dari pemerintah.
Sementara itu, konsumsi minyak sawit dalam negeri bulan Mei 2022 mencapai 1,6 juta ton, lebih rendah 8% dibandingkan konsumsi bulan sebelumnya.
Untuk keperluan pangan, konsumsi minyak sawit naik 3% dari 812 ribu ton pada April menjadi 837 ribu ton pada Mei 2022.
Sedangkan untuk keperluan biodiesel, konsumsi bulan Mei 2022 sebesar 590 ribu ton atau 22% lebih rendah dari konsumsi bulan sebelumnya 755 ribu ton.
(Baca Juga: Harga CPO Bertahan di Level US$ 1.480 per Metrik Ton)