Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejak pertengahan 2023 sampai sekarang Indonesia mengalami El Nino, yakni fenomena peningkatan suhu permukaan laut yang memicu berkurangnya curah hujan serta kekeringan di sejumlah wilayah.
"Dampak El Nino di Indonesia umumnya terasa kuat pada musim kemarau, yaitu pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kewaspadaan pada bulan-bulan tersebut," kata BMKG dalam laporan Potensi Wilayah Terdampak El Nino di situs resminya (September 2023).
"Berdasarkan prediksi BMKG, beberapa wilayah akan mengalami curah hujan bulanan dengan kategori rendah, utamanya pada Agustus, September, Oktober, meliputi Sumatra bagian tengah hingga selatan, Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan," lanjutnya.
(Baca: 42 Negara Rawan Kekeringan akibat El Nino, Termasuk Indonesia)
Adapun menurut studi International Monetary Fund (IMF), kekeringan akibat El Nino bisa memicu turunnya produksi pertanian, yang kemudian diikuti kenaikan harga komoditas pangan.
"Kondisi cuaca ekstrem tersebut (El Nino) bisa membatasi pasokan komoditas pertanian yang bergantung pada air hujan, mendorong kenaikan harga dan inflasi umum, serta dapat memicu kerusuhan sosial di negara-negara yang bergantung pada komoditas makanan impor," kata IMF dalam laporan Fair Weather or Foul? The Macroeconomic Effects of El Nino (April 2015).
Hal itu juga yang tampaknya terjadi di Indonesia. Salah satu gejalanya, harga beras di dalam negeri tercatat semakin mahal di tengah fenomena El Nino.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada September 2023 rata-rata harga beras kualitas premium secara nasional mencapai Rp14.711 per kilogram (kg).
Harga tersebut naik 4,3% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month/mom), meningkat 16,8% dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor termahal dalam lima tahun terakhir.
Hal serupa terjadi pada beras kualitas medium, yang rata-rata harganya secara nasional mencapai Rp12.963 per kg pada September 2023.
Rata-rata harga beras medium itu naik 6,2% secara bulanan (mom), meningkat 22,3% secara tahunan (yoy), dan mencapai level tertinggi sejak 2018 seperti terlihat pada grafik di atas.
(Baca: Analisis IMF, El Nino Bisa Dongkrak Laju Inflasi Indonesia)
Kementerian Perdagangan mencatat, ada beberapa provinsi yang harga berasnya lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Berikut daftar 10 provinsi dengan rata-rata harga beras premium termahal pada September 2023:
- Kalimantan Selatan: Rp18.682 per kg
- Sumatra Barat: Rp16.700
- Kalimantan Tengah: Rp16.302
- Papua: Rp16.225
- Maluku: Rp15.985
- Kalimantan Barat: Rp15.972
- Maluku Utara: Rp15.850
- Riau: Rp15.817
- Papua Barat: Rp15.512
- Kalimantan Utara: Rp15.442
Kemudian ini daftar 10 provinsi dengan rata-rata harga beras medium termahal pada September 2023:
- Kalimantan Selatan: Rp16.250
- Papua Barat: Rp15.310
- Sumatera Barat: Rp14.700
- Papua: Rp14.610
- Kalimantan Utara: Rp14.200
- Maluku: Rp13.892
- Riau: Rp13.727
- Kalimantan Tengah: Rp13.670
- Gorontalo: Rp13.602
- DKI Jakarta: Rp13.160
(Baca: Harga Beras Impor dari Thailand dan Vietnam Melonjak pada Semester I 2023)