Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume produksi bawang putih Indonesia pada 2022 mencapai 30.194 ton, turun 33% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Penurunan ini terjadi untuk ketiga kalinya secara berturut-turut sejak 2020, seperti terlihat pada grafik di atas.
Sebelumnya, produksi bawang putih nasional sempat melesat kuat pada 2019 dengan tingkat pertumbuhan sekitar 125% (yoy). Namun, rekor produksi tertinggi itu masih jauh di bawah kebutuhan bawang putih nasional yang kisarannya 500.000 ton per tahun, bahkan lebih.
(Baca: Harga Bawang Putih Naik Terus sejak Awal Tahun sampai Mei 2023)
Adapun menurut Analis Ketahanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Retno Utami, harga bawang putih di pasar dalam negeri kerap bergejolak karena pasokannya banyak bergantung pada impor.
"Bawang putih bukan komoditas yang kita produksi, 90 persen atau mungkin 95 persen bawang putih didatangkan dari luar negeri, artinya kita masih impor. Ketergantungan impor kita terhadap bawang putih ini sangat tinggi, sehingga ketika kita tidak memproduksi, dan ketika supply-nya kurang maka kemungkinan ada kendalanya," kata Retno dalam diskusi publik Carut Marut Tata Niaga Impor Bawang Putih di Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Di sisi lain, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai gejolak harga komoditas ini turut dipengaruhi tata niaga impor bawang putih yang tidak sehat.
"Hanya segelintir perusahaan yang menikmati kuota impor bawang putih. Kita berharap pemerintah dan penegak hukum bisa bertindak tegas demi menjaga tata niaga yang lebih sehat. Apalagi komoditas ini menjadi salah satu kebutuhan pokok di Indonesia," kata Ketua BPP Hipmi Bidang Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Hadi Nainggolan dalam siaran persnya, Kamis (25/5/2023).
(Baca: Impor Sayuran Meningkat pada 2022, Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir)