Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga acuan nikel Indonesia sebesar US$18.962,11 per dry metric tonne (dmt) pada Juni 2024.
Angka itu naik signifikan hingga 8,52% dari Mei 2024 yang sebesar US$17.472,38 per dmt.
Tren kenaikan masih berlanjut sejak April 2024. Saat itu, harga nikel sempat naik agresif 8,75% menjadi US$17.424,52 per dmt dari Maret 2024 yang sebesar US$16.021,67 per dmt.
Harga acuan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Nomor 131.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Bulan Juni Tahun 2024, pada 19 Juni 2024.
(Baca juga: Meski Tipis, Harga Acuan Nikel RI Tetap Naik 0,27% per Mei 2024)
Harga nikel dunia naik
Harga nikel dunia naik empat bulan berturut-turut sejak Februari sampai Mei 2024. Menurut data Bank Dunia, pada Mei 2024 rata-rata harga nikel kadar minimal 99,8% di London Metal Exchange (LME) sudah mencapai US$19.586,98 per ton.
Jika dibandingkan dengan posisi awal tahun, harga nikel dunia pada Mei 2024 sudah meningkat 21,6% (year-to-date).
Namun, jika dibanding Mei tahun lalu, harganya masih lebih rendah 10,8% (year-on-year).
Bank Dunia juga memproyeksikan harga nikel tahun ini akan berfluktuasi hingga rata-ratanya berkisar US$17.000 per ton, lebih rendah 21% dibanding rata-rata harga tahun 2023 yang mencapai US$21.521 per ton. Menurut Bank Dunia, turunnya harga nikel salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan pasokan.
"Produksi nikel global diperkirakan meningkat pada 2024, meskipun ada beberapa tambang yang ditutup sebagai respons terhadap penurunan harga nikel terus-menerus, yang harganya sudah turun hampir 40 persen sejak 2022," tulis Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2024.
Bank Dunia juga menyebut, peningkatan produksi nikel sebagian besar berasal dari Indonesia. "Ini mencerminkan lonjakan investasi smelter yang mayoritas berasal dari China," tulis Bank Dunia.
(Baca juga: Harga Nikel Dunia Naik sejak Awal Tahun sampai Mei 2024)