Ini Usia Remaja Putri Indonesia saat Pertama Menstruasi

Teknologi & Telekomunikasi

Lite

Nabilah Muhamad 10/07/2024 16:05 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut survei Kementerian Kesehatan, mayoritas atau 34,1% responden remaja putri Indonesia mengalami menstruasi pertama pada usia 11-12 tahun.

Usia Perempuan* Indonesia saat Pertama Kali Haid/Menstruasi (2023)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Ini Usia Remaja Putri Indonesia saat Pertama Menstruasi

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Usia Perempuan* Indonesia saat Pertama Kali Haid/Menstruasi (2023)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut survei Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mayoritas atau 34,1% responden remaja perempuan di Indonesia mengalami menstruasi pertama pada usia 11-12 tahun.

Lalu 27,2% mengalaminya pada usia 13-14 tahun, 5,4% mendapat haid pertama pada usia 15-16 tahun, dan 4,6% pada usia 9-10 tahun.

Ada juga sebagian kecil atau 0,3% responden yang baru menstruasi pada usia 17-18 tahun. Sementara ada 28,4% remaja yang mengaku belum mengalami haid.

Melansir dari laman resmi Kemenkes, umumnya menstruasi pertama terjadi pada usia 9-12 tahun. Adapun rata-rata durasi haid berlangsung selama 3-8 hari, dengan siklus jeda 28 hari.

Kondisi remaja yang mengalami haid cenderung tidak stabil, sebagian ada yang merasakan dismenore atau nyeri di daerah perut bawah sampai ke panggul ketika menstruasi.

Hal tersebut disebabkan oleh produksi zat kimia prostaglandin yang disebut dapat membuat hormon progesteron dalam darah tidak seimbang, sehingga rasa sakit dapat timbul.

(Baca: BPS: Risiko Potensial Kesehatan Reproduksi Perempuan Berhasil Diminimalkan)

Editor : Adi Ahdiat