Akhir Era Jokowi, Banyak Orang Sering Takut Bicara Politik

Politik

Lite

Nabilah Muhamad 18/10/2024 11:50 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut survei SMRC, mayoritas atau 50,6% responden menilai masyarakat sering atau selalu takut membicarakan masalah politik pada akhir era pemerintahan Presiden Jokowi.

Frekuensi Ketakutan Masyarakat dalam Membicarakan Masalah Politik menurut Responden (Oktober 2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Akhir Era Jokowi, Banyak Orang Sering Takut Bicara Politik

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Frekuensi Ketakutan Masyarakat dalam Membicarakan Masalah Politik menurut Responden (Oktober 2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), saat ini kebanyakan masyarakat Indonesia sering takut membicarakan masalah politik.

Mayoritas atau 37,7% responden menilai masyarakat sering merasakan ketakutan tersebut, dan 12,9% bahkan selalu takut. Jika digabung proporsinya mencapai 50,6%.

SMRC juga pernah menggelar survei serupa pada 2014. Ketika itu, responden yang menilai masyarakat sering dan selalu takut membicarakan politik hanya 22%.

"Sebelumnya, orang yang takut bicara politik belum pernah jadi kekuatan mayoritas. Tapi sekarang, di masa akhir pemerintahan Pak Jokowi, yang takut bicara politik menjadi kekuatan mayoritas," kata pendiri SMRC Saiful Mujani dalam video Otokratisasi di 10 Tahun Presiden Jokowi yang diunggah di YouTube, Selasa (15/10/2024).

"Ini mengindikasikan otoritarianisasi sedang berlangsung di Indonesia," ujar Saiful.

Survei SMRC ini melibatkan 994 responden di Indonesia yang dipilih menggunakan metode multistage random sampling.

Pengambilan data dilakukan pada 4-11 Oktober 2024 melalui wawancara tatap muka. Toleransi kesalahan survei (margin of error) sekitar 3,2% pada tingkat kepercayaan 95%.

(Baca: Pengaruh Jokowi Masih Cukup Kuat dalam Pilkada 2024)

Editor : Adi Ahdiat