Surplus Neraca Perdagangan RI Melonjak 2.600% pada Mei 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan senilai US$4,30 miliar pada Mei 2025.

Surplus ini melonjak hingga 2.608% dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) yang hanya US$158,8 juta. Begitupun secara tahunan, tumbuh 46,46% dibanding Mei tahun lalu (year-on-year/yoy).

"Neraca perdagangan Indonesia dengan demikian telah mencatatkan surplus selama 61 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam pers rilisnya, Senin (1/7/2025). 

Pada Mei 2025, neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas yang surplus US$5,83 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain bahan bakar mineral (HS 27); lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15); serta besi dan baja (HS 72). 

Namun, surplus nonmigas ini tereduksi oleh defisit perdagangan migas sebesar US$1,53 miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.

Secara kumulatif, selama Januari—Mei 2025 sektor migas mengalami defisit US$7,72 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$23,10 miliar. Dengan demikian, dalam lima bulan ini neraca dagang Indonesia surplus US$15,38 miliar.

Berdasarkan mitra dagang, surplus neraca dagang Indonesia pada Januari—Mei 2025 paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat, yakni senilai US$7,08 miliar. Lalu India menyumbang surplus US$5,30 miliar dan Filipina US$1,69 miliar. 

Di sisi lain, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China dengan nilai US$8,15 miliar. Diikuti Singapura yang menyumbang defisit US$2,79 juta dan Australia US$2,11 juta.

(Baca: Surplus Neraca Dagang Indonesia Anjlok 96% pada April 2025)