WTO Prediksi Ekspor China ke AS Jatuh hingga 77% pada 2025

Perdagangan

Lite

Erlina Fury Santika 19/04/2025 11:00 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut WTO, sejumlah negara dan kelompok negara bakal mengalami fluktuasi pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat pada 2025. China turun paling dalam hingga 77%.

Proyeksi Pertumbuhan Ekspor ke Amerika Serikat (2025)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

WTO Prediksi Ekspor China ke AS Jatuh hingga 77% pada 2025

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Proyeksi Pertumbuhan Ekspor ke Amerika Serikat (2025)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Analisis teranyar World Trade Organization (WTO) mengungkap, pertumbuhan ekspor sejumlah negara bakal berubah seiring lanskap pengalihan perdagangan, terlebih setelah Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif resiprokal.

Dalam laporan Global Trade and Statistic April 2025, WTO menyebut penurunan terdalam bakal dialami China dengan proporsi ekspor minus 77% pada tahun ini.

"Berkurangnya kehadiran China di pasar AS menghasilkan peluang ekspor tambahan untuk beberapa negara lain," tulis WTO dalam laporan yang dikutip pada Sabtu (19/4/2025).

Peluang itu di antaranya sektor-sektor dari pangsa pasar ekspor terbesar China ke AS, seperti tekstil dan bagian dari peralatan elektronik.

Tidak hanya China, negara lain juga bakal diprediksi mengalami kemunduran ekspor. Eropa bakal jatuh 8%, Amerika Utara (kecuali Amerika Serikat) turun 7%, Amerika Selatan turun 4%, dan Timur Tengah minus 2%.

Adapun pertumbuhan positif tertinggi bakal diraih kelompok negara least developed countries (LDC) atau negara paling kurang berkembang dengan proyeksi sebesar 22%.

Selain itu ada kelompok commonwealth of independent states (CIS) atau negara bekas pecahan Soviet yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5% dan Asia (tanpa China) sebesar 2%.

WTO menyebut, ekspor wilayah CIS diproyeksikan meningkat, sebagian besar terkait dengan pengecualian untuk sumber daya alam.

"Sementara Asia (tidak termasuk China) dan khususnya LDC diproyeksikan akan mengambil alih beberapa pangsa pasar yang hilang dari China yang menghadapi tarif yang lebih tinggi," tulis WTO.

Sementara, WTO belum mencatat pertumbuhan ekspor di Afrika.

Editor : Erlina Fury Santika