Indonesia konsisten mengekspor minyak kelapa sawit atau atau crude palm oil (CPO) ke sejumlah negara. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sedikitnya ada 10 negara tujuan utama ekspor dengan nilai Free On Board (FOB) tertinggi sepanjang 2022.
India menjadi negara dengan nilai ekspor tertinggi pada 2022, yang mencapai US$5,32 miliar. Volume ekspor ke negara ini pun tercatat yang paling besar, yakni 4,99 juta ton dalam periode yang sama.
Nilai ekspor ke India itu tercatat yang paling besar selama sedekade terakhir. Sebelumnya nilai ekspor minyak sawit ke India pernah mencapai US$4,9 miliar pada 2017.
Terbesar selanjutnya adalah Tiongkok yang mencapai US$3,99 miliar sepanjang 2022. Adapun volume minyak sawit yang dikirim ke Negeri Tirai Bambu itu mencapai 3,8 juta ton.
Ada juga Pakistan yang tercatat sebagai negara tujuan ekspor terbesar ketiga, yang mengantongi nilai sebesar US$3,12 miliar. Volume ekspor ke Pakistan terbukukan sebesar 2,8 juta ton pada 2022.
Negara tujuan ekspor kawasan ASEAN yang masuk daftar 10 besar ini hanyalah Singapura, sebesar US$146 juta pada 2022. Ini menempatkan Singapura di peringkat akhir negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia.
Secara umum, nilai ekspor CPO Indonesia mencapai US$29,62 miliar pada 2022. Angka ini naik 3,56% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam sedekade terakhir.
(Baca juga: Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia Melonjak pada 2022, Tertinggi Sedekade)
Harga CPO anjlok
Melansir CNBC Indonesia, harga CPO di Bursa Malaysia Exchange terpantau melemah pada sesi awal perdagangan Kamis (7/9/2023). Pelemahan ini sudah terjadi tiga hari beruntun. Diketahui, Malaysia merupakan salah satu produsen minyak sawit mentah terbesar dunia.
Riset Reuters yang dikutip CNBC Indonesia menyebut, persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Agustus kemungkinan melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan, sebesar 1,89 juta metrik ton, karena produksi meningkat dan ekspor melambat.
Tak hanya itu, pasar juga masih menanti data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) atas nasib persediaan minyak sawit pada 11 September 2023 mendatang.
"FCPO Derivatif Bursa Malaysia (Crude Palm Oil Futures) berada di zona merah untuk hari ketiga berturut-turut karena (kemungkinan) data jajak pendapat MPOB yang bearish, yang memperkirakan lonjakan pada saham-saham akhir Agustus, mendorong minat jual di pasar," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur yang dikutip CNBC Indonesia dari Reuters.
(Baca juga: Harga CPO Melemah Semester I 2023, Bagaimana Proyeksi ke Depan?)