Survei: Yang Dibutuhkan Guru Saat Sekolah Dibuka Kembali

Pendidikan

Lite

Dwi Hadya Jayani 17/12/2020 14:51 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Sebanyak 65% guru membutuhkan alat pelindung diri (APD) seperti masket, alat pelindung wajah, fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat pembelajaran tatap muka.

Kebutuhan Guru untuk Aktivasi Sekolah saat Pandemi

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Survei: Yang Dibutuhkan Guru Saat Sekolah Dibuka Kembali

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Kebutuhan Guru untuk Aktivasi Sekolah saat Pandemi

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Hasil survei Wahana Visi Indonesia yang berjudul "Suara Guru di Masa Pandemi Covid-19" menyebutkan, sebanyak 65% guru membutuhkan alat pelindung diri (APD) seperti masker, alat pelindung wajah, fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat sekolah buka kembali.

(Baca: Zona Merah Corona Meningkat Jadi 64 Daerah)

Laporan tersebut menjelaskan guru 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) cenderung lebih membutuhkan dukungan terkait pembelajaran dibandingkan daerah lain. Selain itu, guru pendidikan khusus memerlukan pendampingan khusus untuk proses pembelajaran dan penyesuaian kurikulum.

Survei tersebut diselenggarakan 18 Agustus hingga 5 September 2020 dengan melibaykan 27.046 guru dan tenaga kependidikan di 34 provinsi Indonesia. Responden ini tersebar sebanyak 95% daerah non 3T dan 5% daerah 3T. Selain itu, sebanyak 74% responden berada di pendidikan umum dan 26% pendidikan khusus/inklusi.

Editor : Muhammad Ahsan Ridhoi