Demi memangkas anggaran perang Rusia, sejumlah negara Barat menerapkan sanksi pembatasan harga minyak mentah Rusia maksimal US$60/barel mulai 5 Desember 2022.
Pembatasan harga berlaku untuk negara-negara yang ingin membeli minyak mentah Rusia menggunakan jasa pengiriman dan asuransi perusahaan asal negara Barat.
Sanksi tersebut diterapkan oleh kelompok negara G7, yakni Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis, ditambah Australia dan 27 negara anggota Uni Eropa.
Jika dirunut lagi, harga minyak Rusia sudah melemah sejak November 2022 sebelum adanya penjatuhan sanksi.
Menurut data Trading Economics, sepanjang November 2022 harga minyak mentah Urals asal Rusia rata-ratanya US$66,54/barel, turun cukup jauh dibanding bulan sebelumnya yang masih US$75,04/barel.
Kemudian setelah sanksi diterapkan harga minyak Rusia menjadi semakin murah lagi, yakni US$61,94/barel pada 5 Desember 2022. Ini merupakan harga terendah sejak awal agresi Rusia ke Ukraina.
Seiring dengan itu, harga minyak dunia juga mengalami tren penurunan. Menurut data Bank Dunia, rata-rata harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) melemah pada November 2022 dibanding bulan sebelumnya, seperti terlihat pada grafik.
Pada 5 Desember 2022 minyak mentah Brent bahkan diperdagangkan di level US$82,68/barel dan WTI US$76,93/barel, lebih murah dibanding rata-rata harganya pada November 2022 sekaligus mencapai level terendah sejak awal perang Rusia-Ukraina.
Kendati harga minyak mentah dunia menurun, sejumlah negara tampaknya tetap bakal membeli minyak Rusia karena harganya yang lebih murah. Hal ini salah satunya dinyatakan oleh pemerintah India.
"Sanksi yang dijatuhkan terhadap minyak Rusia tidak berlaku bagi India karena kami berniat menggunakan jasa pengiriman dan asuransi non-Barat untuk pengiriman minyak," kata pejabat Kementerian Energi India, dikutip dari Attaqa, Senin (5/12/2022).
Berdasarkan data Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), sejak awal perang minyak Rusia memang banyak dibeli oleh negara-negara di kawasan Asia. Beberapa pelanggannya adalah Tiongkok, India, Uni Emirat Arab, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Taiwan.
(Baca: Setelah Malaysia, Singapura Ikut Beli Minyak Rusia)