Berdasarkan laporan Statista’s Advertising & Media Outlook, belanja buku cetak masih mendominasi dibandingkan buku elektronik (e-book) pada 2020. Kondisi ini menunjukkan penetrasi buku elektronik masih belum dapat menyaingi buku cetak.
Warga Jerman diperkirakan paling banyak belanja buku cetak pada tahun lalu, yakni mencapai 58% dari total populasinya. Hanya 10,4% penduduk Jerman berbelanja buku elektronik sepanjang tahun lalu.
Serupa dengan itu, sebanyak 52,1% warga Prancis masih membeli buku cetak. Hanya 7,5% warga Prancis yang menggunakan uangnya untuk membeli buku elektronik.
Spanyol berada di urutan ketiga karena 49,3% penduduknya masih membeli buku cetak pada tahun lalu. Hanya 14,3% penduduk Spanyol yang berbelanja buku elektronik.
Sementara, penetrasi terbesar adopsi buku elektronik berada di Tiongkok. Sebanyak 24,4% warga Negeri Tirai Bambu membeli buku elektronik, sementara 32% penduduk lainnya memilih berbelanja buku cetak.
Cakupan penetrasi buku elektronik terbesar selanjutnya berada di Amerika Serikat, yakni 22,7% dari total populasinya. Meski demikian, konsumsi buku cetak masih lebih besar yang tecermin dari 44,5% warga Negeri Paman Sam berbelanja buku cetak.
Temuan ini menunjukkan, buku elektronik tak akan menggantikan peran buku cetak. Buku elektronik lebih bersifat pelengkap atau komplementer yang seharusnya dapat menguntungkan industri penerbitan.
(Baca: Gramedia Mendominasi Jaringan Toko Buku di Indonesia)