Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 162 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 22 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (11/2/2024) pukul 08.52 WIB. Dari 162 titik panas terdeteksi, 149 titik skala sedang dan 13 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Info Gempa 28 Januari 2024 di Kota Bima 4,8 M, Tak Berpotensi Tsunami)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Aceh sebanyak 41 titik. Maluku Utara menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 29 titik. Sumatera Utara berada di posisi ketiga sebanyak 22 titik panas.
Sebanyak 16 titik panas terdeteksi di Jambi, Nusa Tenggara Timur menyusul dengan 11 titik panas, serta Jawa Tengah dan Kalimantan Barat masing-masing memiliki 8 dan 5 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Ada 137 Kejadian Bencana Alam Jelang Akhir Januari 2024, Banjir Terbanyak)