Update Banjir-Longsor Sumut: 116 Orang Meninggal Dunia, Ini Rinciannya

1
Erlina Fury Santika 28/11/2025 20:05 WIB
Image Loader
Memuat...
Jumlah Korban Meninggal Dunia dari Banjir dan Longsor di Sumatera Utara Berdasarkan Kabupaten/Kota (28 November 2025*)
databoks logo
  • A Kecil
  • A Sedang
  • A Besar

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan, total korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor di Sumatera Utara (Sumut) mencapai 116 orang per Jumat, 28 November 2025 pukul 17.00 WIB.

Adapun orang yang hilang mencapai 42 orang. Korban jiwa di Sumut paling tinggi dibandingkan dengan daerah yang juga terkena bencana alam serupa, seperti Sumatera Barat dan Aceh.

"Ini yang terberat bencananya adalah Sumatera Utara. Ini hari keempat, mulai bencananya 25 November 2025. Setelah itu Sumatera Barat, karena kabupaten/kota [yang terdampak] tidak sebanyak Sumatera Utara, dan Aceh yang terkena bencana," kata Suharyanto dalam konferensi pers daring, Jumat (28/11/2025).

Suharyanto membeberkan, Tapanuli Tengah tercatat menjadi wilayah dengan korban meninggal tertinggi di antara kabupaten/kota di Sumut, dengan data sementara 47 jiwa.

Berikut data sementara korban meninggal dunia di kabupaten/kota di Sumut per Jumat, 28 November 2025:

  • Tapanuli Tengah 47 orang
  • Tapanuli Selatan 32 orang 
  • Kota Sibolga 17 orang
  • Tapanuli Utara 11 orang
  • Humbang Hasundutan 6 orang
  • Pakpak Bharat 2 orang
  • Kota Padang Sidempuan 1 orang
  • Mandailing Natal 0 orang (belum menerima data meninggal).

"Masih ada titik yang belum bisa ditembus, masih dalam proses penanganan, diindikasikan di tempat longsoran mungkin ada juga korban jiwa manusia," kata Suharyanto memberi penjelasan data sementara tersebut.

Untuk pengungsian ini tersebar lebih dari 1.000 KK, untuk Tapanuli Utara di satu titik

Sejumlah keluarga (kepala keluarga/KK) mengungsi di beberapa titik. Tapanuli Tengah dengan lebih dari 1.000 KK, Tapanuli Selatan sekitar 250 KK, Sibolga sekitar 200 KK, Humbang Hasundutan sekitar 150 KK, dan Mandailing Natal sekitar 1.500 KK.

Gangguan infrastruktur turut berdampak pada akses transportasi. Di Tapanuli Selatan, jalur nasional Sidempuan–Sibolga terputus di satu titik, sementara jalur Sipirok–Medan terputus di dua titik.

"Di Mandailing Natal, beberapa ruas jalan seperti Singkuang–Tabuyung dan Bulu Soma–Sopotinjak terputus akibat banjir dan longsor. Upaya pembukaan akses dilakukan melalui pengerahan alat berat," kata Suharyanto.

Suharyanto menegaskan, penyaluran logistik telah dilakukan terutama di Tapanuli Tengah dan Mandailing Natal, termasuk bantuan beras, makanan siap saji, tenda, terpal, serta family kit.

Pemerintah pusat juga mengerahkan personel BNPB, TNI/Polri, serta dukungan lintas kementerian/lembaga. Bantuan Presiden berupa alat komunikasi, genset, LCR, kompresor, tenda, dan kebutuhan konsumsi telah disalurkan.

Alutsista juga diturunkan, meliputi pesawat Caravan, helikopter Airbus EC 155 untuk distribusi logistik-peralatan dan alat berat untuk mempercepat pembukaan akses desa terdampak.

Bencana berdampak pada sistem jaringan telekomunikasi sehingga memicu keterlambatan pendataan, distribusi hingga perkembangan informasi di lapangan. BNPB menyediakan jaringan internet Starlink yang sementara ditempatkan di lokasi pengungsian maupun di posko penanganan darurat.

“Starlink sudah didistribusikan ke pemerintah daerah, baik di titik pengungsian maupun di posko penanganan darurat,” kata Suharyanto.

(Baca: Provinsi di Indonesia yang Paling Sering Dilanda Banjir hingga Akhir 2025)

Data Stories Terkini

Data Populer

Loading...