Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pasar tanpa bangunan di Provinsi Papua Pegunungan pada tahun 2024 sebanyak 157 unit.
Data historis menunjukkan bahwa angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, tanpa data tahun sebelumnya, sulit untuk menentukan besaran pertumbuhan secara pasti. BPS mencatat data historis tahun 2024 sebesar 157 unit, belum ada data pembanding di tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pertumbuhan maupun selisih nilai dengan tahun sebelumnya tidak dapat dihitung.
(Baca: Statistik Rata-Rata Lama Menginap Tamu Total Periode 2013-2023)
Meskipun demikian, Papua Pegunungan menduduki peringkat pertama untuk jumlah pasar tanpa bangunan di wilayah Pulau Papua dan peringkat ke-18 secara nasional pada tahun 2024.
Berdasarkan data perbandingan dengan provinsi lain, terlihat bahwa pertumbuhan tertinggi terjadi di Provinsi Lampung dengan 25%, diikuti Bengkulu sebesar 15.17%. Nilai tertinggi tercatat di Sulawesi Selatan sebanyak 167 unit, disusul Bengkulu dengan 165 unit, sedangkan Papua Pegunungan berada di urutan ketiga berdasarkan data perbandingan.
Kenaikan tertinggi pasar tanpa bangunan terjadi di Lampung, sementara terendah terjadi di DKI Jakarta dengan penurunan -7.89%. Anomali terlihat pada DKI Jakarta yang mengalami penurunan.
Bengkulu
Bengkulu menempati peringkat ke-7 di pulau Sumatera dengan jumlah 165 unit pasar tanpa bangunan, mengalami pertumbuhan sebesar 15.17% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini menghasilkan selisih 22 unit, menunjukkan peningkatan signifikan. Meskipun berada di peringkat ke-15 secara nasional, Bengkulu menunjukkan kinerja yang baik dalam pengembangan pasar tradisional. Pertumbuhan yang positif ini mengindikasikan adanya upaya peningkatan infrastruktur pasar yang cukup baik di wilayah tersebut. Data ini menunjukkan bahwa Bengkulu memiliki potensi besar dalam mengembangkan sektor perdagangan tradisional.
(Baca: Harga Beras Kualitas Super II di Kalimantan Timur Termahal Nasional (Senin, 23 Juni 2025))
Lampung
Provinsi Lampung menunjukkan kinerja yang impresif dengan pertumbuhan tertinggi, mencapai 25%, dan menempati urutan ke-8 di Pulau Sumatera. Peningkatan sebesar 33 unit dibandingkan tahun sebelumnya mengantarkan Lampung ke peringkat 16 secara nasional. Data ini mengindikasikan adanya investasi dan perhatian yang signifikan terhadap sektor pasar tradisional di Lampung. Dengan jumlah 160 unit pasar tanpa bangunan, Lampung berhasil meningkatkan infrastruktur pasar secara substansial dan berkontribusi pada peningkatan ekonomi lokal. Pertumbuhan ini mencerminkan komitmen daerah dalam memajukan sektor perdagangan.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan memimpin dengan nilai tertinggi yakni 167 unit pasar tanpa bangunan, menempati peringkat pertama di Pulau Sulawesi dan peringkat ke-17 secara nasional. Pertumbuhan sebesar 9.59% menghasilkan selisih 14 unit dibandingkan tahun sebelumnya. Data ini menegaskan posisi Sulawesi Selatan sebagai pusat perdagangan yang penting di wilayah Sulawesi. Meskipun pertumbuhan tidak setinggi provinsi lain, nilai yang tinggi menunjukkan infrastruktur pasar yang sudah mapan dan kontribusi signifikan terhadap ekonomi regional. Sulawesi Selatan terus mempertahankan posisinya sebagai penggerak utama sektor perdagangan.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur (NTT) menempati peringkat ke-2 di wilayah Nusa Tenggara dan Bali, serta peringkat ke-19 secara nasional. Dengan jumlah 115 unit pasar tanpa bangunan, pertumbuhan sebesar 4.55% menghasilkan selisih 5 unit. Data ini mengindikasikan adanya peningkatan yang moderat dalam infrastruktur pasar tradisional di NTT. Meskipun pertumbuhan tidak terlalu tinggi, upaya peningkatan tetap dilakukan untuk mendukung sektor perdagangan lokal. NTT terus berupaya meningkatkan fasilitas pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
DKI Jakarta
DKI Jakarta mencatat penurunan turun 7.89%, dengan jumlah 105 unit pasar tanpa bangunan dan berada di peringkat ke-5 di Pulau Jawa. Penurunan ini menghasilkan selisih -9 unit dibandingkan tahun sebelumnya dan menempatkan DKI Jakarta di peringkat ke-20 secara nasional. Data ini mengindikasikan adanya tantangan dalam mempertahankan dan mengembangkan pasar tradisional di tengah pesatnya perkembangan pasar modern. DKI Jakarta perlu melakukan evaluasi dan strategi baru untuk mendukung keberadaan pasar tradisional dan meningkatkan daya saingnya di era modern.
Bali
Bali mencatat pertumbuhan sebesar 4.04% dengan 103 unit pasar tanpa bangunan dan berada di peringkat ke-3 di wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Pertumbuhan ini menghasilkan selisih 4 unit dibandingkan tahun sebelumnya. Bali berada di peringkat ke-21 secara nasional. Data ini menunjukkan adanya upaya stabil dalam mengembangkan pasar tradisional di Bali. Pertumbuhan moderat ini mencerminkan komitmen daerah dalam memajukan sektor perdagangan, menjaga keseimbangan antara pasar tradisional dan modern.